Rabu, 21 November 2012

SMA NEGERI 106 JAKARTA

Rabu, 19 September 2012

perbedaan kita

salahkah tuhan menciptakan cinta
jika keindahan harus di pertentangkan ?

cinta ini bukan rekayasa
atau skenario penulis ternama
tidak ada sutradara

cinta itu tumbuh mengembang
seumpama bunga di taman

cinta ini bukan gulma di ladang
yang harus di renggut keberadaannya

tuhan, aku mencintainya
begitu juga dengan nya
yang tidak bisa ku tidakan

pertanyaanku masih tetap sama tuhan
apakah perbedaan,
yang tuhan ciptakan adalah penghalang ?

Senin, 17 September 2012

kolesi lagu-lagu anak

Sabtu, 15 September 2012


RESENSI BUKU SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Nama Pengarang         : Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag
Judul Buku                  : Sejarah pendidikan Islam
Bab yang dibahas        : XXI BAB
Tahun Terbit                : 2007
Tempat Terbit              : Jakarta
Tebal Buku                  : XXX + 360 Halaman; 23 Halaman
Penerbit                       : KENCANA PERDANA MEDIA GROUP

Buku yang dieditori oleh Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag merupakan kumpulan tulisan tentang sejarah pendidikan Islam dari beberapa penulis dengan menyelusuri jejak sejarah pendidikan era Rosulullahbsampai Indonesia. Dalam kata pengantar editor Prof. Dr. H. Nizar menerangkan quo vadis pendidikan Islam di Indnesia, menyelusuri sejarah menuju paradigma pendidikan berkualitas. Dalam pembahasan ini, diterangkan kondisi pendidikan nasional yang serba dengan kekurangan daneror direfleksikan kepada sejarah pendidikan Islam untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional ke arah yang lebih maju.
Pada BAB I ditulis tentang Profil Rosulullah sebagai Pendidik ideal: telaah pola pendidikan Islam era Rosulullah fase Makkah dan Madinah yang ditulis  oleh Zainal Efendi Hasibuan menerangkan tentang kondisi politik, sosiokultural pra Islam sampai fase awal Islam dan bagaimana pendidikan pada zaman Rosulullah mulai dari lembaga pendidikannya, materi dan kurikulum serta metode pengajaran dan evaluasi era Rosulullah. Rosulullah sebagai pendidik yang ideal dapat dilihat dari indikator walaupun dengan sarana dan prasarana yang terbatas dapat menelurkan para intelektual yang berkualitas. Yang dahulunya bangsa arab masih terkukung dalam kegelapan dan kejahiliahan melesat ke arah peradaban yang tinggi. Dan metode yang diterapka rosulullah sangat berfariasi sehingga dapat menghilangkan kejenuhan. Dan yang paling utama Rosulullah mendidik para sahabat dengan menjadikan dirinya sebagai suri tauladan. Adapun kurikulum yang dipakai Rosulullah adalah kurikulum berbasis masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari pembagian pengajaran era makkah dan era madinah.
Pada BAB II ditulis tentang pola pendidikan Islam pada periode Rosulullah mekkah dan madinah ditulis oleh Kamaruzzaman. Disana diterangkan tentang  kondisi sosial kultural makah dan madinah pada era Rosulullah dan pola yang dilakukan Rosulullah dalam mengajarkan tauhid kepada para sahabatnya. Kurikulum yang digunakan yaitu berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
BAB III tentang pola pendidikan Islam  pada masa Khulafaurrosyidin ditulis oleh Mhd. Dalpen. Disini diterangkan tentang keadaan dan sistem pendidikan di zaman Khulafaurrosyidin. Pada zaman Abu bakar, sistem pendidikannya tidah jauh berbeda dari pendidikan pada masa Rosulullah. Pada masa Umar pendidikan sudah lebih meningkat dimana para guru sudah diangkat dan digaji yang diambil dari baitul mall  untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa Usman. Pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat yang tidak hanya fokus di mMadinah melainkan dikirim ke daerah-daerah lainnya. Pada masa Ali, pendidikan kurang mendapat perhatian dikarenakan terjadi pergolakan dan konflik yang menimbulkan kekacauan.
BAB IV pola pendidikan Islam pada periode dinasti Umayyah yang ditulis oleh Silvianti Candra. Dieterangkan tentang pembentukan dinasti, kemajuan yang dicapai oleh dinasti umayyah dan pola pendidikan dan pusat pendidikannya. Pada masa ini berkembang ilmu-ilmu agama islam dan adanya pembukuan hadist pada zaman Umar Bin Abdul Aziz.
BAB V pola pendidikan Islam pada periode dinasti abasiyah yang ditulis oleh Ali Nupiah. Disini dibahas tentang sejarah berdirinya daulah Abasiyah, sistem politik, pemerintahan dan bentuk negara serta sistem sosialnya. Pada zaman ini Islam mencapai punak kejayaan yang dapat dilihat indikatornya yaitu majunya ilmu-ilmu sains dan tekhnologi. Dan puncak kejayaan tersebut terjadi pada masa Harun Arrosyid.
BAB VI Pola pendidikan Islam di Spanyol era awal tinjauan historis filosofis ditulis oleh Samsul Nizar. Dalam tulisan ini dibahas tentang sejarah awal Islam Spanyol, perkemabngan Pendidikan dan kebudayaan Spanyol Islam beserta faktor penunjangnya, dan bias pendidikan spanyol Islam bagi perkembangan dunia modern. Disini Spanyol diterangkan baha spanyol merupakan pintu atau temapat penghubung antara dunia Islam dan Eropa. Dari sinilah proses pencerahan Eropa terbentuk.
Dan pada bab-bab yang selanjutnya diterangkan sejarah pendidikan islam dari pendidikan Islam di andalusia oleh Yusmanto, lembaga-lembaga pendidikan Islam era awal oleh Mira Astuti, kurikulum dan pola perkembangan ilmu pengetahuan pada masa klasik hingga masa keemasan oleh Sondal Pramujaya, transformasi dan kontribusi intelektual Isla atas dunia barat oleh Farida Syam, madrasah Hizamiyah; pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan islam dan aktivitas ortodoksi suni oleh Edi Warman, pendidikan Islam pada era kemunduran oleh Mulyadi Hermanto Nasution, kehancuran dinasti Abasiyah dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan pendidikan di dunia Islam oleh Roli Yandri, sejarah dan perkembangan arsitektur Islam dinasti Usmaniyah oleh Samsul Nizar, dinamika sejarah pendidikan perempuan potert timur tengah dan indonesia era awal oleh Wahyu hikmah, dikotomi ilmu pengetahuan: akar tumbuhnya dikotomi ilmu dalam peradaban Islam oleh Yudelasharmi, Muhammad Abduh dan usaha pembaruan pendidikan Islam di Mesir oleh Yasmansyah, gagasan islamisasi ilmu pengetahuan dan implikasinya dalam pendidikan oleh Ahmad Syarifin, sejarahdan dinamika lemaga-lembaga pendidikan islam nusantara oleh Abasri, pola kebijakan pendidikan Islam di Nusantara pada masa awal samapai sebelum kemerdekaan oleh Maswardi, organisasi sosial keagamaan dan pendidikan Islam oleh Muhammad Syaifudin, dan yang terahir pola dan kebijakan pendidikan Islam pada masa awal kemerdekaan sampai pada orde lama oleh Zulhandra.

Kesimpulan
Melihat dari isi buku ini, disana diterangkan secara mendalam tentang sejarah pendidikan Islam dari era Rosulullah hingga Islam di Indonesia pada masa orde lama. Dengan bahasa penulisan yang apik dan runtut penulis mengajak pembacanya untuk berdiskusi dan akan kita dapatkan analisis atau riset yang jaranng ditemukan.
Dikarenakan buku ini merupakan kumpulan dari makalah-makalah, pembahasan yang disampaikan kurang rutut dan sistematis, sehingga agak menyulitkan para pembaca untuk mengikuti alurnya, dan didalamnya terkadang ada dua pembahasan yang setema disampaikan.


RESENSI BUKU SEJARAH PENDIDIKAN 
MENGHIDUPKAN BUDAYA BACA

Judul          : Bacalah! Menghidupkan Kembali Semangat Membaca Para Mahaguru Peradaban
Peresensi    : Ali Rif’an
Penulis        : Suherman, M.Si.
Penerbit      : MQS Publishing

Sampai hari ini, minat baca orang Indonesia masih terbilang rendah. Data dari United Nations Development Programme (UNDP), misalnya, menyebutkan dalam hal minat baca, Indonesia menempati peringkat 96, sejajar dengan Bahrain, Malta, dan Suriname. Bahkan untuk kawasan Asia Tenggara, hanya ada dua negara di bawah peringkat Indonesia, yakni Kamboja dan Laos.

Apa sebenarnya penyebab rendahnya minat baca di Indonesia? Suherman melalui buku ini, secara spesifik, menyebutkan dua faktor. Pertama, faktor determinisme genetic, yakni warisan orangtua. Seseorang tidak suka membaca karena memang sejak kecil dibesarkan oleh orangtua yang tidak pernah mendekatkan dirinya pada bacaan.


Kedua, determinisme lingkungan. Orang tidak senang membaca karena lingkungan, teman-teman, rekan kerja, guru, atau dosen tidak senang membaca; di samping itu juga di rumah, di kantor, di sekolah tidak disediakan perpustakaan; serta tidak ada peraturan perusahaan/instansi yang mengharuskan seseorang untuk membaca.
Sosialisasi

Namun demikian, selain dua faktor di atas, Suherman menduga bahwa rendahnya minat baca di Indonesia juga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi masyarakatnya yang masih lemah, kurangnya perhatian pemerintah, harga buku masih terlampau mahal, dan minimnya sosialisasi akan pentingnya membaca. Bahwa membaca adalah pintu gerbang masuknya segala informasi dan ilmu pengetahuan merupakan hal yang penting untuk diketahui bagi segenap anak bangsa. Syarat untuk menjadi orang besar atau pahlawan ialah berfikir besar dan memiliki cita-cita tinggi. Sedangkan syarat fundamental untuk menggapainya adalah mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya, yang instrument utamanya adalah membaca.

Membaca menjadi titik kisar tumbuh-kembangnya suatu peradaban. Dalam Islam, misalnya, membaca justru perintah pertama dan utama sebelum diperintahkan yang lainnya. Islam pernah menjadi sokoguru peradaban dunia yang menguasahi lebih dari separuh jagat ini. Jika ditelusuri, peletak dasar ilmu-ilmu yang ada sekarang adalah lahir dari tangan-tangan para ulama yang memiliki kegilaan dalam membaca.

Dalam konteks keindonesiaan, tragedi kemiskinan dan kemelut pendidikan yang sedang terjadi sekarang ini salah satunya akibat dari tidak adanya kesadaran dan rendahnya minat baca. Kemajuan suatu bangsa dan peradaban sangat berkelindan dengan kegetolan masyarakatnya menyelami dunia literasi. Sebab, di negara maju semisal AS dan Jepang, setiap individu-individu memiliki waktu baca khusus dalam sehari. Rata-rata kebiasaan di negara maju memiliki waktu baca delapan jam dalam sehari, sementara di negara berkembang, termasuk Indonesia, hanya dua jam setiap harinya (hlm 128).

Barangkali mereka sadar bahwa membaca merupakan aktivitas vital yang harus diselami jika ingin sukses di dunia ini. Jika pangan, sandang, dan papan adalah kebutuhan primer manusia secara fisik (badan), maka buku dan bahan bacaan lainya adalah kebutuhan primer manusia secara non-fisik, rohani (otak).
Dengan alasan itulah, buku selayaknya kita jadikan sebagai menu harian yang hampir sebanding dengan pangan, sandang, dan papan. Kita harus sadar bahwa buku adalah pengusung peradaban. Tanpa buku, sejarah diam, sastra bungkam, sains lumpuh, dan pemikiran macet. Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, mercusuar yang dipancangkan di samudera waktu.

Buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya. Pendidikan tanpa membaca bagaikan raga tanpa ruh. Fenomena “pengangguran intelektual” tidak akan terjadi apabila siswa dan mahasiswa memiliki semangat membaca yang membara. Tradisi literasi telah menjadi nafas kehidupan para ulama terdahulu dan bagi mereka yang telah sukses meraih mimpinya. Kita bisa tengok tokoh-tokoh dunia semisal Karl Marx, Imam Khomeini, Mahatma Ghandhi, Hasan al-Banna, Mohammad Hatta, Tan Malaka, dan seterusnya.

Mereka adalah tokoh dunia yang sukses lantaran memiliki gegirangan membaca.

Perubahan Paradigma
Karena itu, jalan menuju perubahan budaya baca bisa dilakukan dengan cara merubah paradigma. Dengan kata lain, membaca selayaknya dijadikan kebutuhan jika ingin bertahan hidup dalam persaingan global yang semakin kompetitif. Sebab, menggeliatnya persoalan kebangsaan yang melanda negeri ini, pada dasarnya tidak lepas dari minimnya pembacaan fenomena yang terjadi pada realitas sosial. Runtuhnya suatu peradaban juga tidak semata disebabkan oleh masalah politik dan kekuasaan. Yang paling utama adalah hilangnya élan vital dalam membaca.

Alex Inkeles, profesor sosiologi emeritus pada Hoover Institute, Universitas Stanford (hlm 133), pernah mengatakan bahwa ciri-ciri manusia modern dan maju itu dapat dilihat dari dua sudut, yakni eksternal dan internal. Sudut eksternal berkaitan dengan lingkungan, dan mudah dikenali. Seperti urbanisasi, komunikasi massa, industrialisasi, kehidupan politik dan pendidikan, dan seterusnya. Sementara sudut internal justru tidak tampak. Seperti pola pikir, perasaan kita, visi kita, dan seterusnya. Kedua sudut ini pun harus menjadi setali dua mata uang yang saling berkelindan, berkaitan.

Namun yang jamak kita saksikan, sekalipun lingkungannya sudah modern, tidak dengan sendirinya kita menjadi modern. Padahal, kita baru bisa dikatakan modern kalau dapat merubah perilaku dan pola pikir kita.
 Ciri-ciri manusia modern adalah jika ia mau membuka diri terhadap pengalaman baru, inovasi dan perubahan. Maka, jendela dunia akan terbuka. Itu semua bisa terjadi pada awalnya lewat bacaan.
Untuk itu, budaya visual yang lebih dominant di negeri harus digantikan dengan tradisi literasi. Budaya baca harus ditumbuhkan. Untuk membangkitkan dan membangun minat baca tidak hanya harus dilandaskan pada lingkungan atau kondisi, tetapi juga dapat didasarkan pada pilihan yang sadar. Membaca bukanlah kewajiban yang datang dari luar dan harus dilakukan dengan terpaksa, melainkan sebuah kebutuhan yang timbul dari dalam diri dan tentu saja akan dilakukan dengan senang hati.

Buku besutan alumnus Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Padjadjaran sekaligus pendiri dan ketua Masyarakat Literasi Indonesia ini menarik untuk disimak. Meski hanya 154 halaman, tapi hampir di tiap lembarnya menghadirkan letupan “gizi” bagi pembaca. Sebagai penutup. Seorang teman pernah berkelakar ketika selesai membaca buku ini, “Buku ini ibarat oase di padang gersang. Di tengah-tengah akutnya buta aksara di Indonesia, buku ini layak sekali untuk dibaca!”

link :  http://resensibuku.com/?p=985

foto pelajar SMA



 




















FILM DOKUMENTER  PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945








FILM DOKUMENTER TSUNAMI ACEH 2004











Minggu, 09 September 2012

membuuat logo kemerdekaan

1.       Cara membuat Logo “67”
*      New , untuk membuat lembar kerja baru
*      Klik Elipse tool dan buat lingkaran
*      Copy lingkaran lalu paste dan ubah ukuran lingkaran yang satu menjadi lebih kecil dari sebelumnya
*      Gabungkan kedua lingkaran tersebut
*      Klik rectangle tool dan letakkan diatas lingkaran sebagai tangkai angka 6
*      Miringkan kotak tersebut dan sesuaikan ukurannya sebagai tangkai angka 6
*      Blok lingkarannya lalu beri “Trip”
*      Drag kotak dan lingkarannya, lalu di “Weld”
*      Selesai angka 6-nya
*      Klik rectangle tool, miringkan hingga membentuk kepala dari angka 7 sedikit seperti jajargenjang
*      Copy kotak tersebut dan paste
*      Buat kotak yang kedua berdiri secara vertical hingga menjadi badan angka 7
*      Miringkan dan buat sedikit seperti jajargenjang
*      Selesailah angka 7
*      Beri warna pada angka-angka tersebut. Tapi, sesuai temanya cukup beri warna merah dan putih saja ia.
2.       Membuat “bendera merah putih”
*      Klik rectangle tool
*      Klik kanan dan pilih convert to curve
*      klik shape tool
*      Buat bagian atasdan bawahnya agak bergelombang seperti sebuah bendera yang dihela oleh angin
*      Jangan lupa beri mike note smooth dibagian ujung atas sebelah kiri dan ujung bawah sebelah kanan bendera, hal ini agar ujung bendera tidak terlihat lancip
*      Setelah itu copy paste
*      Buat bendera 2 tadi menjadi sisi atas dan bawah bendera
*      Beri warna (merah dibagian atas, dan putih dibagian bawahnya)
*      Jika ingin membuat bendera lebih banyak, tinggal copy paste aja kok,.
3.       Membuat “kemerdekaan RI”
v  Klik elipse tool dan buat lingkaran
v  Copy paste dan buat lingkaran yang 1-nya agak kecil dari yang sebelumnya
v  Buat kata “KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA”
v  Lalu masukkan kata tersebut kedalam lingkaran
v  Klik text, lalu pilih fill to path
v  Lalu hapus lingkarannya dan sesuaikan dengan letak logo “67” tadi.
v  Selesai dehh..
Semoga, tulisan ini bermanfaat ya bagi yang membacanya. Sekian dan terima kasih ^_^

Template by:

Free Blog Templates